1. Bagaimana cara meng-eq suatu system
Kembali kepada konsep equalisasi adalah untuk mengembalikan suara kepada bentuk awalnya. Hanya saja telinga manusia memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suara, bergantung kepada kualitas pendengarannya dan rasa seni orang tersebut. Untuk membuat equalisasi menjadi obyektif maka kita semua perlu “melihat” sinyal yang dihasilkan speaker. Salah satu alat yang dapat kita gunakan adalah RTA (Real Time Analyzer), alat ini dapat memperlihatkan respon yang diterima dari sumber sinyal yang diterimanya.
Alat ini akan memperlihatkan spektrum suara (rentang frekuensi suara yang dapat diterima oleh alat tersebut) yang dimulai dari 1 oktaf, 1/3 okta
f, 1/6 oktaf, hingga 1/24 oktaf. Cara kerja alat ini adalah dengan mengolah sinyal yang diterimanya dan memilah-milahnya menjadi frekuensi-frekunsi yang tersedia pada alat tersebut. Grafik yang kita lihat dapat berupa dot (lampu-lampu LED), batang, atau hanya berupa garis pada titik puncak frekuensi yang terukur. Sumbu horizontalnya / sumbu x menunjukkan frekunsi dalam satuan Hz dan sumbu vertikalnya / sumbu y menunjukkan kekerasan (gain) dalam satuan dB.
Teknologi ini dikembangkan sejak tahun 1970, dan semakin berkembang di tahun 1980-an, pada era ini diciptakan RTA yang samplingnya / analisisnya berdasarkan FFT (Fast Fourier Transfer). RTA ini lebih akurat dibandingkan dengan RTA yang hanya mengukur berdasarkan arus sinyal elektronik yang masuk ke dalam alat tersebut .
2. Kelemahan RTA
RTA memang sangat berguna, akan tetapi ada beberapa keterbatasan RTA sebagai berikut (Bob McCarthy, 2003) :
• Informasi RTA terbatas, tidak mengenal pantulan, padahal respon yang ia tampilkan adalah suara asli ditambah dengan pantulan, fasa speaker, dan berapa lama sinyal tersebut dalam perjalanan hingga diterima oleh microphone.
• RTA tidak memberikan informasi apakah sinyal yang ia terima serupa dengan sinyal yang masuk ke dalam speaker. Ia hanya menggambarkan energi akuistik yang diterima oleh microphone / di sekitar microphone. Jadi spektrum yang kita lihat dalam bentuk lembah atau gunung kemungkinan adalah pantulan, atau sinyal yang saling menguatkan (summation) atau bahkan sinyal yang saling menghilangkan (canceling).
Kedua hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat interaksi antara speaker dan ruangan.
Menurut saya masih ada lagi hal-hal lain sebagai berikut :
• RTA sangat tergantung kepada kualitas microphone yang kita gunakan untuk mengukur, dan kualitas kabel yang kita pergunakan.
• Jika kita menggunakan RTA program dalam komputer sound card kita memberikan andil yang cukup besar dalam mengaburkan hasil ukur.
RTA hanya dapat mengkoreksi masalah yang timbul tetapi tidak dapat menyelesaikannya.
3. Kapan harus menggunakan RTA dan kapan tidak?
Kapan kita tidak boleh menggunakan RTA secara langsung :
• Jika anda menghadapi ruangan dengan multi speaker atau speaker dalam jumlah banyak maka yang anda harus lakukan adalah menyeragamkan waktu tempuh setiap speaker dengan men-delay-nya terlebih dahulu.
• Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!
• System anda memiliki perkabelan yang buruk!! Managemen kabel hasur diperbaiki terlebih dahulu, dan menggantik kabel-kabel dengan respon suara yang kurang baik.
4. Langkah-langkah meng-eq suatu system
Agar system kita dapat di equalisasi dengan baik maka kita perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Dennis A. Bohn, 1997) :
• Jauhkan sejauh mungkin speaker dari sudut ruangan.
• Minimalkan pantulan speaker, dengar suara aslinya. Banyak gereja manaruh speaker di kiri dan kanan ruangan, akibatnya speaker akan memantulkan suara ke dinding.
• Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!
Latihlah telinga anda untuk mengenal frekuensi-frekuensi suara yang sering harus kita eq, atau sering menimbulkan masalah. Lakukanlah latihan sebagai berikut :
• Pilih sumber suara yang kita kenal, sebagai contoh CD lagu kesukaan anda atau suara anda sendiri.
• Set eq parametrik di mixer dalam posisi flat.
• Bypass kompressor yang dipasang pada jalur speaker yang akan kita gunakan, karena dapat mengaburkan penilaian kita, terlalu
Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan sebelum memposisikan kembali speaker.
Penulis adalah pemilik dari 7 Konsultan & Kontraktor Tata Suara dan saat ini juga menjadi konsultan sound system untuk Kairos Multi Jaya. Penulis dapat dihubungi di : tujuh10@hotmail.com
Daftar Pustaka:
1. Equalizing the Room, Bob McCarthy, bobmcc1@mindspring.com 2003.
2. Dennis A. Bohnn, Signal Processing Fundamentals, Rane Technical Note, 1997.
Kembali kepada konsep equalisasi adalah untuk mengembalikan suara kepada bentuk awalnya. Hanya saja telinga manusia memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suara, bergantung kepada kualitas pendengarannya dan rasa seni orang tersebut. Untuk membuat equalisasi menjadi obyektif maka kita semua perlu “melihat” sinyal yang dihasilkan speaker. Salah satu alat yang dapat kita gunakan adalah RTA (Real Time Analyzer), alat ini dapat memperlihatkan respon yang diterima dari sumber sinyal yang diterimanya.
Alat ini akan memperlihatkan spektrum suara (rentang frekuensi suara yang dapat diterima oleh alat tersebut) yang dimulai dari 1 oktaf, 1/3 okta
f, 1/6 oktaf, hingga 1/24 oktaf. Cara kerja alat ini adalah dengan mengolah sinyal yang diterimanya dan memilah-milahnya menjadi frekuensi-frekunsi yang tersedia pada alat tersebut. Grafik yang kita lihat dapat berupa dot (lampu-lampu LED), batang, atau hanya berupa garis pada titik puncak frekuensi yang terukur. Sumbu horizontalnya / sumbu x menunjukkan frekunsi dalam satuan Hz dan sumbu vertikalnya / sumbu y menunjukkan kekerasan (gain) dalam satuan dB.
Teknologi ini dikembangkan sejak tahun 1970, dan semakin berkembang di tahun 1980-an, pada era ini diciptakan RTA yang samplingnya / analisisnya berdasarkan FFT (Fast Fourier Transfer). RTA ini lebih akurat dibandingkan dengan RTA yang hanya mengukur berdasarkan arus sinyal elektronik yang masuk ke dalam alat tersebut .
2. Kelemahan RTA
RTA memang sangat berguna, akan tetapi ada beberapa keterbatasan RTA sebagai berikut (Bob McCarthy, 2003) :
• Informasi RTA terbatas, tidak mengenal pantulan, padahal respon yang ia tampilkan adalah suara asli ditambah dengan pantulan, fasa speaker, dan berapa lama sinyal tersebut dalam perjalanan hingga diterima oleh microphone.
• RTA tidak memberikan informasi apakah sinyal yang ia terima serupa dengan sinyal yang masuk ke dalam speaker. Ia hanya menggambarkan energi akuistik yang diterima oleh microphone / di sekitar microphone. Jadi spektrum yang kita lihat dalam bentuk lembah atau gunung kemungkinan adalah pantulan, atau sinyal yang saling menguatkan (summation) atau bahkan sinyal yang saling menghilangkan (canceling).
Kedua hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat interaksi antara speaker dan ruangan.
Menurut saya masih ada lagi hal-hal lain sebagai berikut :
• RTA sangat tergantung kepada kualitas microphone yang kita gunakan untuk mengukur, dan kualitas kabel yang kita pergunakan.
• Jika kita menggunakan RTA program dalam komputer sound card kita memberikan andil yang cukup besar dalam mengaburkan hasil ukur.
RTA hanya dapat mengkoreksi masalah yang timbul tetapi tidak dapat menyelesaikannya.
3. Kapan harus menggunakan RTA dan kapan tidak?
Kapan kita tidak boleh menggunakan RTA secara langsung :
• Jika anda menghadapi ruangan dengan multi speaker atau speaker dalam jumlah banyak maka yang anda harus lakukan adalah menyeragamkan waktu tempuh setiap speaker dengan men-delay-nya terlebih dahulu.
• Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!
• System anda memiliki perkabelan yang buruk!! Managemen kabel hasur diperbaiki terlebih dahulu, dan menggantik kabel-kabel dengan respon suara yang kurang baik.
4. Langkah-langkah meng-eq suatu system
Agar system kita dapat di equalisasi dengan baik maka kita perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Dennis A. Bohn, 1997) :
• Jauhkan sejauh mungkin speaker dari sudut ruangan.
• Minimalkan pantulan speaker, dengar suara aslinya. Banyak gereja manaruh speaker di kiri dan kanan ruangan, akibatnya speaker akan memantulkan suara ke dinding.
• Jika anda menghadapi masalah akuistik ruang yang cukup parah, software apapun untuk mengetes system tidak akan dapat digunakan. Selesaikan dulu masalah akuistik!!
Latihlah telinga anda untuk mengenal frekuensi-frekuensi suara yang sering harus kita eq, atau sering menimbulkan masalah. Lakukanlah latihan sebagai berikut :
• Pilih sumber suara yang kita kenal, sebagai contoh CD lagu kesukaan anda atau suara anda sendiri.
• Set eq parametrik di mixer dalam posisi flat.
• Bypass kompressor yang dipasang pada jalur speaker yang akan kita gunakan, karena dapat mengaburkan penilaian kita, terlalu
Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar di selesaikan sebelum memposisikan kembali speaker.
Penulis adalah pemilik dari 7 Konsultan & Kontraktor Tata Suara dan saat ini juga menjadi konsultan sound system untuk Kairos Multi Jaya. Penulis dapat dihubungi di : tujuh10@hotmail.com
Daftar Pustaka:
1. Equalizing the Room, Bob McCarthy, bobmcc1@mindspring.com 2003.
2. Dennis A. Bohnn, Signal Processing Fundamentals, Rane Technical Note, 1997.
No comments:
Post a Comment